Makna Syahadatain
URGENSI SYAHADATAIN
Abu Dzar Berlari berlari dalam dadaku,
singgah disetiap kota.
Hanya sekadar berkata :
singgah disetiap kota.
Hanya sekadar berkata :
" HIDUPLAH DENGAN SYAHADAT "
Lalu diantara ribuan jiwa yang tengadah, menentang.
Merasa setiap jiwa berkuasa terhadap jiwa yang lain.
Mereka berteriak :
Merasa setiap jiwa berkuasa terhadap jiwa yang lain.
Mereka berteriak :
“Adalah ribuan abad kami membangun peradaban,
Maka engkau muncul dari entah hanya fatamorgana
bagi kami !!”
Maka engkau muncul dari entah hanya fatamorgana
bagi kami !!”
Abu Dzar tersenyum dalam dadaku,
Langkahnya mantap.Masih dengan kata :
Langkahnya mantap.Masih dengan kata :
" HIDUPLAH DENGAN SYAHADAT ''
Maka ketahuilah sesungguhnya tidak ada illah melainkan Allah….. (QS47:19)
Jumlah
umat Islam kini sangat banyak. Sebagian besar mereka terkategorikan
sebagai Islam keturunan atau kebetulan terlahir sebagai muslim dari
orang tua. Kenyataan akan jumlah yang banyak tidak berkorelasi dengan
pemahamannya kepada Islam secara benar, orisinil dan utuh.
Hakikat memahami Islam dimulai dari memahami inti sari ajarannya yaitu dua kalimat syahadah (syahadatain). Kalimat tersebut terdiri dari Laa Ilaaha Illallah dan Muhammadun Rasulullah. Memahami keduanya sangat penting dan mendasar. Karena jika kita tak memahami hakikat kalimat syahadah, kita dapat terjerembab ke dalam penyakit kebodohan dan kemusyrikan.
Hakikat memahami Islam dimulai dari memahami inti sari ajarannya yaitu dua kalimat syahadah (syahadatain). Kalimat tersebut terdiri dari Laa Ilaaha Illallah dan Muhammadun Rasulullah. Memahami keduanya sangat penting dan mendasar. Karena jika kita tak memahami hakikat kalimat syahadah, kita dapat terjerembab ke dalam penyakit kebodohan dan kemusyrikan.
Syahadatain
merupakan fondasi atau asas dari bangunan keislaman seorang muslim.
Jika fondasinya tidak kuat maka rumahnya pun tidak akan kuat bertahan.
Ayat di atas, menjelaskan bahwa umat Islam tidak dibenarkan hanya
sekedar mengucapkan atau melafalkan dua kalimat syahadah, tetapi
seharusnya betul-betul memahaminya. Kata fa’lam berarti “maka
ketahuilah, ilmuilah….” Artinya Allah memerintahkan untuk mengilmui atau
memahami kalimat Laa Ilaaha Illallah bukan sekedar mengucapkannya,
tetapi dengan yang pada gilirannya akan membentuk keyakinan (i’tiqod)
dalam hati.
Pentingnya Syahadatain
Kalimat syahadah sangat penting dipahami karena beberapa hal:
1. Pintu gerbang masuk ke dalam Islam (madkholu ilal Islam)
1. Pintu gerbang masuk ke dalam Islam (madkholu ilal Islam)
Islam
ibarat rumah atau bangunan atau sistem hidup yang menyeluruh, dan Allah
memerintahkan setiap muslim untuk masuk secara kaaffah ( Qs 2:208 ).
Untuk memasukinya akan melalui sebuah pintu gerbang, yaitu syahadatain.
Hal
ini berlaku baik bagi kaum muslimin atau non muslim. Artinya, pemahaman
Islam yang benar dimulai dari pemahaman kalimat itu. Pemahaman yang
benar atas kedua kalimat ini mengantarkan manusia ke pemahaman akan
hakikat ketuhanan (rububiyyah) yang benar juga. Mengimani bahwa
Allah-lah Robb semesta alam.
2. Intisari doktrin Islam (Khulasoh ta’aliimil Islam)
Intisari ajaran Islam terdapat terdapat dalam dua kalimat syahadah. Asyhadu anlaa ilaaha illallah (Aku bersaksi: sesungguhnya tidak ada Ilaah selain Allah) dan asyhadu anna muhammadan rasulullah (Aku bersaksi: sesungguhnya Muhammad Rasul Allah). Pertama, kalimat syahadatain merupakan pernyataan proklamasi kemerdekaan seorang hamba bahwa ibadah itu hanya milik dan untuk Allah semata (Laa ma’buda illallah), baik secara pribadi maupun kolektif (berjamaah).
Intisari ajaran Islam terdapat terdapat dalam dua kalimat syahadah. Asyhadu anlaa ilaaha illallah (Aku bersaksi: sesungguhnya tidak ada Ilaah selain Allah) dan asyhadu anna muhammadan rasulullah (Aku bersaksi: sesungguhnya Muhammad Rasul Allah). Pertama, kalimat syahadatain merupakan pernyataan proklamasi kemerdekaan seorang hamba bahwa ibadah itu hanya milik dan untuk Allah semata (Laa ma’buda illallah), baik secara pribadi maupun kolektif (berjamaah).
Kemerdekaan
yang bermakna membebaskan dari segala bentuk kemusyrikan, kekafiran dan
api neraka. Kita tidak mengabdi kepada bangsa, negara, wanita, harta,
perut, melainkan Allah-lah yang disembah (al-ma’bud). Para ulama
menyimpulkan kalimat ini dengan istilah Laa ilaaha illallah ‘alaiha
nahnu; “di atas prinsip kalimat laa ilaaha illallah itulah kita hidup,
kita mati dan akan dibangkitkan”. Rasulullah juga bersabda “Sebaik-baik perkataan, aku dan Nabi-nabi sebelumku adalah Laa ilaaha illallah” (al-Hadist).
Maka
sering mengulang kalimat ini sebagai dzikir yang diresapi dengan
pemahaman yang benar - bukan hanya melisankan - adalah sebuah keutamaan
yang dapat meningkatkan keimanan. Keimanan yang kuat, membuat hamba
menyikapi semua perintah Allah dengan mudah. Sebaliknya, perintah Allah
akan selalu terasa berat di saat iman kita melemah.
Kalimat
syahadatain juga akan membuat keimanan menjadi bersih dan murni, ibarat
air yang suci. Allah akan memberikan dua keuntungan bagi mereka yang
beriman dengan bersih, yaitu hidup aman atau tentram dan mendapat
petunjuk dari Allah. Sebagaimana Dia berfirman dalam al-Qur’an:
“Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman
(syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan mereka
itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk” (QS 6:82).
Kedua,
kita bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, berarti kita
seharusnya meneladani Rasulullah dalam beribadah kepada Allah. Karena
beliau adalah orang yang paling mengerti cara (kaifiyat) beribadah
kepada-Nya. Sebagaimana disabdakan Nabi SAW: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat…”. Selanjutnya hal ini berlaku untuk semua aspek ibadah di dalam Islam.
3. Dasar-dasar Perubahan (Asasul inqilaab)
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan mendasar dalam kehidupan manusia, yaitu perubahan dari kegelapan (jahiliyah) menuju cahaya (Islam); minazzuluumati ilannuur. Perubahan yang dimaksud mencakup aspek keyakinan, pemikiran, dan hidupnya secara keseluruhan, baik secara individu maupun masyarakat.
3. Dasar-dasar Perubahan (Asasul inqilaab)
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan mendasar dalam kehidupan manusia, yaitu perubahan dari kegelapan (jahiliyah) menuju cahaya (Islam); minazzuluumati ilannuur. Perubahan yang dimaksud mencakup aspek keyakinan, pemikiran, dan hidupnya secara keseluruhan, baik secara individu maupun masyarakat.
Secara individu,
berubah dari ahli maksiat menjadi ahli ibadah yang taqwa; dari bodoh
menjadi pandai; dari kufur menjadi beriman, dst. Secara masyarakat, di
bidang ibadah, merubah penyembahan komunal berbagai berhala menjadi
menyembah kepada Allah saja.
Dalam bidang
ekonomi, merubah perekonomian riba menjadi sistem Islam tanpa riba, dan
begitu seterusnya di semua bidang. Syahadatain mampu merubah manusia,
sebagaimana ia telah merubah masyarakat di masa Rasulullah dan para
shahabat terdahulu. Diawali dengan memahami syahadatain dengan benar dan
mengajak manusia meninggalkan kejahiliyahan dalam semua aspeknya kepada
nilai-nilai Islam yang utuh.
4. Hakikat Da’wah para Rasul (Haqiqotud Da’watir Rasul)
Para nabi, sejak Adam AS sampai Muhammad SAW, berda’wah dengan misi yang sama, mengajak manusia pada doktrin dan ajaran yang sama yaitu untuk beribadah kepada Allah saja dan meninggalkan Thogut. Itu merupakan inti yang sama dengan kalimat syahadatain, bahwa tiada Ilaah selain Allah semata. Seperti difirmankan Allah SWT: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhi thogut itu” (QS 16:36)
5. Keutamaan yang Besar (Fadhooilul ‘Azhim)
4. Hakikat Da’wah para Rasul (Haqiqotud Da’watir Rasul)
Para nabi, sejak Adam AS sampai Muhammad SAW, berda’wah dengan misi yang sama, mengajak manusia pada doktrin dan ajaran yang sama yaitu untuk beribadah kepada Allah saja dan meninggalkan Thogut. Itu merupakan inti yang sama dengan kalimat syahadatain, bahwa tiada Ilaah selain Allah semata. Seperti difirmankan Allah SWT: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhi thogut itu” (QS 16:36)
5. Keutamaan yang Besar (Fadhooilul ‘Azhim)
Kalimat
syahadatain, jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,
menjanjikan keutamaan yang besar. Keutamaan itu dapat berupa moral
maupun material; kebahagiaan di dunia juga di akhirat; mendapatkan
jaminan syurga serta dihindarkan dari panasnya neraka.
Makna Syahadah
Arti Syahadah Pertama adalah : “ Aku bersaksi, mengakui, berjanji, bersumpah, serta menyatakan ( mengikrarkan ) bahwa tiada Illah yang berhaq diibadahi dengan sebenar-benarnya kecuali Alloh.
Makna Syahadah
Arti Syahadah Pertama adalah : “ Aku bersaksi, mengakui, berjanji, bersumpah, serta menyatakan ( mengikrarkan ) bahwa tiada Illah yang berhaq diibadahi dengan sebenar-benarnya kecuali Alloh.
Arti
Syahadah kedua adalah merupakan pengakuan terhadap kerasulan Muhammad :
Aku bersaksi, mengakui, berjanji, bersumpah, serta menyatakan bahwa
Muhammad itu Utusan Alloh.
Syahadat dalam makna Haqiqi
Makna haqiqi Syahadah adalah kecintaan / kecenderungan ( Mahabah ) Qs. 6:162-164 dan keridloan kepada :
=> Alloh sebagai Robb Qs. 6:162-164 / 26:164
=> Islam sebagai Din ( System Hidup ) Qs. 5:3
=> Rasul sebagai Uswah Hasanah Qs. 33:21
Syahadah dalam Makna Taklifi
Artinya awal seseorang dibebani tanggung Jawab untuk melaksanakan Hukum-hukum Alloh.
Kandungan Syahadah :
1. Laa-Mathluubaillalloh
Tiada yang dicari dan diusahakan kecuali Rahmat dari Alloh
Tiada yang dicari dan diusahakan kecuali Pemimpin pembawa amanah Alloh
Tiada yang dicari dan diusahakan kecuali Daulah Kurnia Alloh
Tiada yang dicari dan diusahakan kecuali Pemimpin pembawa amanah Alloh
Tiada yang dicari dan diusahakan kecuali Daulah Kurnia Alloh
2. Laa-Ma’buudaillalloh
Tiada yang disembah dan diibadahi kecuali Alloh
Tiada yang ditaati dan disetiai kecuali Pemimpin pembawa amanah Alloh
Tiada yang dijunjung tinggi kecuali DINULLOH ( Negara Islam )
3. Laa-Maqshuudaillalloh
Tiada yang ditaati dan disetiai kecuali Pemimpin pembawa amanah Alloh
Tiada yang dijunjung tinggi kecuali DINULLOH ( Negara Islam )
3. Laa-Maqshuudaillalloh
Tiada sesuatu maksud yang dituju, melainkan hanya melaksanakan tugas illahy ; memperjuangkan DINULLOH ( Negara Islam )
Tiada sesuatu maksud yang dituju kecuali Idharnya Pemimpin pembawa amanah Alloh.
Tiada sesuatu maksud yang dituju kecuali Idharnya DINULLOH ( Negara Islam )
4. Laa-Maujuudaillalloh
Tiada sesuatu maksud yang dituju kecuali Idharnya Pemimpin pembawa amanah Alloh.
Tiada sesuatu maksud yang dituju kecuali Idharnya DINULLOH ( Negara Islam )
4. Laa-Maujuudaillalloh
Tiada wujud mutlak dan hakiki kecuali Alloh
Tiada yang diakui wujud kecuali Pemimpin pembawa amanah Alloh
Tiada yang diakui wujud kecuali DINULLOH ( Negara Islam )
Syarat Syah Syahadah
1. Pernyataan / Ikrar ( 63 :1 / 3 ; 81,3 : 52 )
Tiada yang diakui wujud kecuali Pemimpin pembawa amanah Alloh
Tiada yang diakui wujud kecuali DINULLOH ( Negara Islam )
Syarat Syah Syahadah
1. Pernyataan / Ikrar ( 63 :1 / 3 ; 81,3 : 52 )
Seorang
yang bersyahadah berarti dia Harus berikrar atau menyatakan, bukan
hanya mengucapkan kesaksian yang tumbuh dari dalam hati bahwa Tidak Ada
Ilaah Selain Allah.
2. Bersumpah ( 24 : 6 )
2. Bersumpah ( 24 : 6 )
Seseorang
yang bersyahadah berarti juga bersumpah, kesediaan yang siap menerima
akibat dan resiko apapun bahwa tiada Ilaah selain Allah saja dan
Muhammad adalah utusan Allah.
3. Pernyataan Iman untuk dipersaksikan ( 36 ; 25 )
3. Pernyataan Iman untuk dipersaksikan ( 36 ; 25 )
Seseorang
Yang bersyahadah menyatakan imannya dengan sungguh-sungguh dengan tidak
ragu-ragu lagi dan dipersaksikan oleh waliulloh. ( 17 : 71 )
4. Ada Saksi / Disaksikan ( 85 : 3 )
4. Ada Saksi / Disaksikan ( 85 : 3 )
Seseorang
yang bersyahadah dengan dipersaksikan, maka yang menyaksikan itu akan
jadi saksi keimanan seseorang tersebut didunia atau akhirat. ( 17 : 71 )
5. Dicatat / Tercatat ( 5 : 83 / 3 :53 )
5. Dicatat / Tercatat ( 5 : 83 / 3 :53 )
Seseorang yang sudah bersyahadah akan tercatat didalam naungan Konstitusi Islam, ia akan menjadi rakyatnya / ummatnya .
Syahadah muslim yang dinyatakan dengan kesungguhan, yang merupakan janji suci, sekaligus sumpah kepada Allah SWT; merupakan ruh keimanan. Iman adalah keyakinan tanpa keraguan, penerimaan tanpa keberatan, kepercayaan terhadap semua keputusan Allah (QS 49:15).
Hakikat Iman
Keimanan itu bukanlah angan-angan, tetapi mencakup 3 hal:
1. Dikatakan dengan lisan (al-Qoul)
Syahadah muslim yang dinyatakan dengan kesungguhan, yang merupakan janji suci, sekaligus sumpah kepada Allah SWT; merupakan ruh keimanan. Iman adalah keyakinan tanpa keraguan, penerimaan tanpa keberatan, kepercayaan terhadap semua keputusan Allah (QS 49:15).
Hakikat Iman
Keimanan itu bukanlah angan-angan, tetapi mencakup 3 hal:
1. Dikatakan dengan lisan (al-Qoul)
Syahadah
diucapkan dengan lisan dengan penuh keyakinan. Semua perkataan yang
keluar dari lisan mu’min senantiasa baik dan mengandung hikmah.
2. Dibenarkan dengan hati (at-tashdiiq)
2. Dibenarkan dengan hati (at-tashdiiq)
Hati
adalah lahan menyemai benih-benih keimanan. Semua yang keluar dari
lisan digerakkan oleh hati. Apa yang ada dalam hati akan dicerminkan
dalam perkataan dan perbuatan. Dalam hadist Bukhori digambar oleh Nabi
SAW bahwa: “Ilmu (hidayah) yang Aku bawa ibarat air hujan, ada jenis
tanah yang subur menumbuhkan tanaman, ada tanah yang tidak menumbuhkan
hanya menampung air, ada jenis tanah yang gersang, tidak menumbuhkan
juga tidak menampung”.
Allah, dalam
al-Qur’an, membagi hati manusia menjadi tiga, yaitu -hati orang mu’min
(QS 26: 89), -hati orang kafir (QS 2: 7) dan -hati orang munafiq (QS 2:
10). Hati orang kafir yang tertutup dan hati munafik yang berpenyakit
takkan mampu membenarkan keimanan (at-tashdiiqu bil qolb). Sedangkan
hati orang mu’min itulah yang dimaksud Rasulullah SAW sebagai tanah yang
subur yang dapat menumbuhkan pohon keimanan yang baik. Akar
keyakinannya menjulang kuat ke tanah, serta buah nilai-nilai ihsannya
dapat bermanfaat untuk manusia yang lain.
3. Perbuatan (al-‘Amal)
3. Perbuatan (al-‘Amal)
Perbuatan
(amal) digerakkan atau termotivasi dari hati yang ikhlas dan pembenaran
iman dalam hati. Seseorang yang hanya bisa mengucapkan dan mengamalkan
tanpa membenarkan di hati, tidak akan diterima amalnya. Sifat seperti
itu dikategorikan sebagai orang munafik, yang selalu bicara dengan
lisannya bukan dengan hatinya. Karena munafik memiliki tiga tanda: bila
berbicara ia berdusta, bila berjanji ia ingkar, bila diberi amanah ia
berkhianat.
Perkataan, pembenaran di hati dan
amal perbuatan adalah satu kesatuan yang utuh. Ketiganya akan melahirkan
sifat istiqomah, tetap, teguh dan konsisten. Sebagaimana dijelaskan
dalam QS 41:30, sikap istiqomah merupakan proses yang terus berjalan
bersama keimanan. Mu’min mustaqim akan mendapatkan karunia dari Allah
berupa:
=> Keberanian (asy-Syajaa’ah), yang lahir dari keyakinan kepada Allah. Berani menghadapi resiko tantangan hidup, siap berjuang meskipun akan mendapatkan siksaan. Lawan keberaniaan adalah sifat pengecut.
=> Keberanian (asy-Syajaa’ah), yang lahir dari keyakinan kepada Allah. Berani menghadapi resiko tantangan hidup, siap berjuang meskipun akan mendapatkan siksaan. Lawan keberaniaan adalah sifat pengecut.
=> Ketenangan (al-Ithmi’naan),
yang lahir dari keyakinan bahwa Allah akan selalu membela hamba-Nya
yang mustaqim secara lahir bathin. Lawannya adalah sifat bersedih hati.
=> Optimis (at-Tafaa’ul),
lahir dari keyakinan terhadap perlindungan Allah dan ganjaran Allah
yang Maha sempurna. Orang yang optimis akan tentram akan kemenangan
hakiki, yaitu mendapatkan keridhoan Allah (mardhotillah).Ketiga karunia Allah kepada orang mustaqim akan dilengkapi Allah dengan anugerah kebahagiaan hidup (as-Sa’aadah), baik di dunia dan akhirat. Inilah pemahaman terhadap konsep syahadah. Tidak mudah dalam pelaksanaannya, karena kita berharap agar Allah memberikan kesabaran dalam memahaminya serta melaksanakannya.
Tidak ada komentar
1. Berkomentarlah yang baik
2. Jangan memasukkan Link tanpa seizin admin