Life (Membongkar Misteri Dalam Hidup)
#Tugas 3 Halaman KMO 06
I.
Pendahuluan
Ada seorang wanita
berumur tujuh puluhan. Pernahkah kita
membayangkan bagaimana orang seusia ini menilai hidupnya?
Jika ada yang ia ingat tentang hidupnya, tentunya berupa
suatu "kehidupan yang cepat berlalu".
Ia akan berkomentar bahwa hidupnya tidaklah
"panjang" sebagaimana impiannya di usia belasan. Mungkin tak pernah
terlintas dalam benaknya bahwa suatu hari ia akan menjadi begitu tua. Namun
kini, ia dicekam oleh kenyataan bahwa ia telah meninggalkan tujuh puluh tahun
di belakangnya. Ketika muda, mungkin tak pernah terpikir olehnya bahwa
kebeliaan dengan segala gairahnya akan berlalu begitu cepat.
Bila pada usia senja ia diminta untuk menceritakan kisah
hidupnya, kenangannya akan terangkum dalam pembicaraan selama lima atau enam
jam saja. Hanya itulah yang tersisa dari yang disebutnya sebagai "masa
tujuh puluh tahun yang panjang".
Daya pikir seseorang, yang melemah sesuai usia, dipenuhi
banyak pertanyaan. Berbagai pertanyaan ini sungguh penting untuk direnungkan,
dan menjawabnya secara jujur sangat mendasar untuk memahami seluruh aspek
kehidupan: "Apakah tujuan dari hidup yang berlalu begitu cepat ini?
Mengapa aku harus terus bersikap positif dengan semua masalah kerentaan yang
kumiliki? Apa yang akan terjadi di masa depan?"
Jawaban yang mungkin terhadap pertanyaan-pertanyaan ini
terbagi dalam dua kategori utama: dari orang-orang yang mengimani Allah dan
dari orang-orang yang tidak mengimani-Nya.
Seseorang yang tidak mengimani Allah akan mengatakan,
"Saya telah menghabiskan hidup mengejar hal yang sia-sia. Saya telah
meninggalkan tujuh puluh tahun di belakang saya, namun sebenarnya, saya masih
belum dapat memahami untuk apa saya hidup. Ketika masih anak-anak, orang tua
adalah pusat kehidupan saya. Saya mendapatkan kebahagiaan dan kesenangan dalam
cinta mereka. Kemudian, sebagai seorang wanita muda, saya mengabdikan diri
kepada suami dan anak-anak. Pada masa itu, saya membuat banyak cita-cita untuk
diri saya. Namun ketika tercapai, semuanya seperti sesuatu yang cepat berlalu.
Saat bergembira dalam keberhasilan, saya melangkah menuju cita-cita lain yang
menyibukkan, sehingga saya tidak memikirkan makna hidup yang sesungguhnya. Kini
pada usia tujuh puluh tahun, dalam ketenangan usia senja, saya mencoba
menemukan apa gerangan tujuan masa lalu saya. Apakah saya hidup untuk
orang-orang yang kini hanya samar-samar saya ingat? Untuk orang tua saya? Untuk
suami saya yang telah berpulang bertahun-tahun yang lalu? Atau anak-anak yang
kini jarang saya lihat karena telah memiliki keluarga masing-masing? Saya
bingung. Satu-satunya kenyataan adalah bahwa saya merasa dekat dengan kematian.
Saya akan segera meninggal dan menjadi kenangan yang redup dalam benak
orang-orang. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Saya benar-benar tidak tahu.
Bahkan memikirkannya saja sudah menakutkan!"
Tentunya ada alasan mengapa ia begitu berputus asa. Ini
semata karena ia tidak dapat memahami bahwa alam semesta, seluruh makhluk hidup
dan manusia memiliki tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dan harus dipenuhi
dalam hidup. Adanya tujuan-tujuan ini berasal dari fakta bahwa segalanya telah
diciptakan. Orang yang berakal dapat melihat hadirnya perencanaan, perancangan,
dan kearifan dalam setiap detail dunia yang penuh variasi. Hal ini membawanya
pada pengenalan terhadap sang Pencipta. Selanjutnya ia akan menyimpulkan bahwa,
karena seluruh makhluk hidup tidaklah disebabkan oleh suatu proses acak atau
tanpa sadar; mereka semua menjalankan tujuan yang penting. Dalam Al Quran,
pedoman asli terakhir yang diturunkan untuk manusia, Allah berulang kali
mengingatkan kita akan tujuan hidup kita, suatu hal yang cenderung kita
lupakan, dan dengannya membimbing kita pada kejelasan pemikiran dan kesadaran.
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, dan adalah singgasana-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di
antara kamu yang lebih baik amalnya. (QS. Huud, 11: 7)
Ayat ini memberikan pemahaman penuh akan tujuan hidup bagi
orang-orang yang beriman. Mereka mengetahui bahwa hidup ini adalah tempat mereka
diuji dan dicoba oleh Pencipta mereka. Karenanya, mereka berharap untuk
berhasil dalam ujian ini dan mencapai surga serta kesenangan yang baik dari
Allah.
Akan tetapi, demi kejelasan, ada sebuah poin penting untuk
dipikirkan: mereka yang mempercayai 'keberadaan' Allah tidak lantas memiliki
keyakinan yang benar; jika mereka tidak meletakkan kepercayaan kepada Allah.
Kini, banyak orang menerima bahwa alam semesta adalah ciptaan Allah; namun,
mereka kurang memahami dampak fakta ini terhadap hidup mereka. Karenanya,
mereka tidak menjalankan hidup mereka sebagaimana yang seharusnya. Apa yang
dianggap orang-orang ini sebagai kebenaran adalah, bahwa pada awalnya Allah
menciptakan alam semesta ini, kemudian meninggalkannya.
Dalam Al Quran, Allah menunjukkan kesalahpahaman ini dalam
ayat berikut:
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka:
"Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan
menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi Allah";
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Luqman, 31: 25)
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah
yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka
bagaimanakah mereka dapat dipalingkan? (Surat az-Zukhruf: 87)
Karena kesalahpahaman ini, manusia tidak dapat menghubungkan
kehidupan mereka sehari-hari dengan fakta bahwa mereka memiliki Pencipta.
Itulah alasan dasar mengapa setiap manusia mengembangkan prinsip dan
nilai-nilai moral pribadinya sendiri, yang terbentuk dalam budaya, komunitas,
dan keluarga tertentu. Prinsip-prinsip ini sebenarnya berfungsi sebagai
"petunjuk hidup" hingga datangnya kematian. Manusia yang menaati
nilai-nilai mereka sendiri akan mendapatkan kenyamanan dalam harapan bahwa
setiap tindakan yang salah akan dihukum sementara dalam neraka. Pemikiran
sejenis menyimpulkan bahwa kehidupan abadi dalam surga akan mengikuti masa
penyiksaan ini. Pemikiran tersebut tanpa sadar meredakan rasa takut akan
hukuman yang memilukan di akhir kehidupan. Beberapa orang, di lain pihak,
bahkan tidak merenungkan hal ini. Mereka sama sekali tidak memedulikan dunia
selanjutnya dan "memanfaatkan hidup sebaik-baiknya".
Bagaimanapun, hal di atas tidak benar dan kenyataannya
berseberangan dengan apa yang mereka pikirkan. Mereka yang berpura-pura tidak
menyadari keberadaan Allah akan terjebak dalam keputusasaan yang dalam. Dalam
Al Quran, orang-orang tersebut digambarkan sebagai berikut:
Mereka hanya mengetahui yang lahir dari kehidupan dunia;
sedang mereka tentang akhirat adalah lalai.
(QS. Ar-Ruum, 30: 7)
(QS. Ar-Ruum, 30: 7)
Tentulah, orang-orang ini hanya memahami sedikit saja
mengenai keberadaan dan tujuan sesungguhnya dunia ini, dan mereka tidak pernah
berpikir bahwa kehidupan dalam dunia ini tidaklah kekal.
Ada beberapa ungkapan yang umum dipergunakan manusia
mengenai pendeknya kehidupan ini: "Manfaatkanlah hidupmu sebaik-baiknya
selagi sempat", "hidup itu pendek", "manusia tidak hidup
selamanya" adalah ungkapan yang selalu dirujuk dalam mendefinisikan sifat
dasar dunia ini. Namun, ungkapan-ungkapan ini mengandung keterikatan yang
terselubung kepada hidup ini, dibandingkan kepada hidup setelahnya.
Ungkapan-ungkapan itu mencerminkan perilaku umum manusia terhadap kehidupan dan
kematian. Karena kecintaan akan hidup yang demikian besarnya, pembicaraan
tentang kematian selalu diselingi dengan lelucon atau hal lain yang mengurangi
keseriusan permasalahan tersebut. Selingan ini selalu memiliki tujuan, sebagai
upaya sengaja untuk mereduksi permasalahan penting tersebut menjadi hal yang
remeh.
Kematian sesungguhnya merupakan topik yang penting untuk direnungkan.
Hingga saat seperti ini dalam kehidupannya, seseorang mungkin tidak menyadari
betapa berarti kenyataan ini. Namun, karena kini ia punya kesempatan untuk
memahami pentingnya hal tersebut, ia harus mempertimbangkan kembali kehidupan
dan segenap harapannya. Tidak pernah ada kata terlambat untuk bertobat kepada
Allah serta mengarahkan kembali seluruh perilaku dan melanjutkan kehidupan
seseorang dalam kepatuhan akan kehendak Allah. Hidup itu pendek; jiwa manusia
kekal. Dalam masa yang pendek ini, seseorang seharusnya tidak membiarkan
keinginan yang sementara mengendalikannya. Seseorang seharusnya melawan godaan
dan menjauhkan dirinya dari segala hal yang memperkuat ikatannya terhadap dunia
ini. Sungguh tidak bijaksana untuk mengabaikan dunia yang selanjutnya, hanya
demi kesenangan yang sementara ini.
Meski demikian, orang-orang yang tidak beriman dan tidak
dapat memahami kenyataan ini menghabiskan hidup mereka dalam kesia-siaan dengan
melupakan Allah. Lebih lanjut, mereka mengetahui bahwa tidaklah mungkin mereka
mencapai keinginan-keinginan ini. Mereka selalu merasakan ketidakpuasan yang
dalam dan menginginkan lebih daripada apa yang mereka miliki kini. Mereka
memiliki harapan dan keinginan yang tidak berakhir. Namun, dunia bukanlah
tempat yang sesuai untuk memuaskan keinginan-keinginan ini.
Tidak ada yang kekal di dunia ini. Waktu berlaku pada
hal-hal yang bagus dan baru. Sebuah mobil baru akan segera ketinggalan jaman
begitu model lain dirancang, diproduksi, dan dipasarkan. Sama halnya, seseorang
mungkin menginginkan rumah besar milik orang lain atau rumah mewah dengan
ruangan yang lebih banyak daripada penghuninya dan dengan perlengkapan yang
dilapisi emas, yang pernah dilihat sebelumnya, akan kehilangan selera terhadap
rumahnya sendiri dan tidak dapat menghindari hal-hal tersebut dengan rasa iri.
Sebuah pencarian tak berakhir untuk sesuatu yang baru dan
lebih baik tidak memberikan nilai ketika ia telah dicapai, celaan terhadap
sesuatu yang lama, dan meletakkan seluruh harapan pada yang baru: ini adalah
lingkaran setan yang telah dialami manusia di mana pun sepanjang sejarah.
Namun, seorang manusia yang berilmu pengetahuan seharusnya berhenti dan
bertanya pada diri sendiri untuk sesaat: mengapa ia mengejar ambisi yang
sementara dan sudahkah ia dapatkan keuntungan dari upaya itu? Akhirnya, ia
seharusnya menarik kesimpulan bahwa "ada masalah mendasar pada pandangan
ini". Namun manusia, yang sedikit sekali memikirkan hal ini, terus
mengejar mimpi yang sepertinya tidak akan dapat mereka capai.
Tidak ada seorang pun, bagaimanapun juga, mengetahui apa
yang akan terjadi bahkan dalam beberapa jam mendatang: setiap saat seseorang
mungkin mengalami kecelakaan, terluka parah, atau menjadi cacat. Lebih jauh
lagi, waktu berlalu dalam perhitungan menuju kematian seseorang. Setiap hari
membawa hari yang telah ditakdirkan tersebut lebih dekat. Kematian pastilah
menghapus seluruh ambisi, keserakahan, dan keinginan terhadap dunia ini. Di
dalam tanah, baik harta benda maupun status tidak berlaku. Setiap harta benda
yang membuat kita kikir, begitupun tubuh kita, akan menghilang dan meluruh di
dalam tanah. Apakah seseorang itu kaya atau miskin, cantik atau jelek, suatu
saat ia akan dibungkus dalam kafan yang sederhana.
Kita percaya bahwa Fakta-Fakta yang Mengungkap Hakikat
Hidup menawarkan sebuah penjelasan mengenai sifat yang sesungguhnya dari
kehidupan manusia. Sebuah kehidupan pendek dan penuh tipuan yang didalamnya
keinginan duniawi terlihat menarik dan penuh janji, namun kenyataannya bertolak
belakang. Tulisan ini akan memungkinkan kita merasakan hidup kita dan seluruh
kenyataannya, dan membantu kita memikirkan kembali tujuan dalam hidup, bila
kita menginginkannya.
Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk mengingatkan
manusia lain akan fakta-fakta ini, dan menyuruh mereka hidup hanya untuk
memenuhi keinginan-Nya, sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam ayat berikut:
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu
hari yang seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak
dapat menolong bapaknya sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar,
maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan
penipu memperdayakan kamu dalam Allah. (QS. Luqman, 31: 33)
BAB
I
Sang
Pencipta
I.I Logika adanya Pencipta
Ketika kita mau menggunakan
akal untuk berfikir, banyak sekali bukti tanda-tanda adanya Sang Pencipta yang
sudah jelas masuk logika . namun kebanyakan manusia menggunakan akal yang telah
dianugrahiNya itu hanya untuk ilmu pengetahuan belaka yang ia dapatkan
notabennya hanya berupa penghargaan
kecil oleh manusia di dunia saja .
Disini mari sama-sama kita berfikir sejenak
tentang eksitensi keberadaan Sang Pencipta, mudah-mudahan dengan ini semakin
kuat keyakinan kita atas eksitensi Sang Pencipta dan bagi yang belum yakin
mudah-mudahan diberikan pencerahan sehingga mulai ada bibit-bibit keyakinan
dalam hatinya. Coba sekarang kita mulai untuk berfikir tidak usah dari yang
jauh tapi coba dari sesuatu yang ada di sekitar kita, contohnya seperti :
1. Coba
lihat diri anda di kaca atau sepenglihatan saja, “apakah anda menggunakan
pakaian?” coba fikirkan “apakah pakaian itu sudah ada dari dahulu untuk anda
atau ada seorang yang telah membuat pakaian itu sehingga dapat digunakan ?” #Yukmikir.
2. Coba
lihat lagi ketika anda menggunakan kaca mata , tanyakan pada hati “apakah kaca mata
itu sudah ada sejak dahulu dan tanpa ada pembuatnya ?” #mikirlagi.
3. Sekarang
lihatlah kaca yang selama ini yang membuat anda bisa mengaca ,”apakah kaca itu
ada dengan sendirinya ?” #mikirterus.
4. Lihatlah
jendela, pintu, lampu, tembok, bantal, kasur, dan selimut yang ada di kamar
anda , coba fikirkan “apa iya itu udah dari dulu kebentuk tanpa ada yang
menbuat?” #mikirin.
5. Coba
lihat saat anda sedang menulis , buku, bolpoin,penghpus,pensil dan penggaris ,”apakah
anda yakin itu ada yang buat?” jika yakin “apakah anda pernah melihat atau tahu
pembuatnya?” #mikirkeras.
Ini luar biasa sekali padahal baru
sesuatu di sekitar kita yang dijadikan sebuah logika , belum yang ada pada diri
kita, dan yang jauh atau bahkan semua yang ada di alam semesta ini.Tetapi dari
pertanyaan di atas saya fiikir sudah bisa memberikan bukti suatu logika dari
adanya Sang Pencipta .
Jika menurut anda logika tersebut kurang
maka coba kita berfikir lebih jauh lagi , karena dengan semakin banyak berfikir
mudah-mudahan kita diberikan pengertian dan kefahaman serta pencerahan dalam
masalah ini.
Sekarang bayangkan
ketika anda membeli sebuah sepeda motor baru ke sebuah dealer motor,lalu apakah
saat anda membeli sebuah motor berfikir bahwa motor itu sudah ada dari dulu di
dealer tanpa proses pembuatan ?, jangankan saat membeli, Sebelum beli saja sudah memikirkan penciptanya
. ” apa yang anda dapatkan?” , kunci, motor, helm, dan buku panduan motor. #mikirsuperkeras
Dari analogi di atas banyak
sekali pelajaran yang bisa diambil bahwa segala sesuatu yang lahir ke dunia ini
adalah ciptaan , sadar dan tidak sadar fitrah manusia telah mengakui akan
penciptanya bahkan sampai mengadakan sebuah perjanjian tapi kenapa justru
sekarang banyak sekali manusia yang tidak yakin akan hal itu.
“ Dan (ingatlah), ketika Pencipta(Rabb)mu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Pencipta(Rabb)mu?"
Mereka menjawab: "Betul (Engkau adalah Rabb kami),
kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" ( Qs Al A’raf : 172 )
Apakah perjanjian ini kurang untuk
meyakinkan kita, sehingga sampai saat ini masih kurang yakin dengan eksitensi
dengan keberadaan Sang Penciptaan . atau perlukah Sang Pencipta itu sendiri
yang perlu menanyakan kepada manusia siapa yang telah menciptakan alam ini.
“ Dan sesungguhnya jika
kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan
menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab:
"Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan
yang benar)”. ( Qs Al Ankabut : 61 )
“ Kami akan memperlihatkan
kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri
mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar.
Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”
(Qs Fusilat : 53)
“37. Dan suatu tanda
(kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang
dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. 38. dan
matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui. 39. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan
manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir)
kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua 40. Tidaklah mungkin bagi
matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan
masing-masing beredar pada garis edarnya. ( Qs Yasin : 37-38 )
Mudah-mudah dengan rahmat Sang Pencipta karena ayat-ayat-Nya
yang kita tadaburi memberikan kita hidayah dan pencerahan dalam mengenal eksitensi-NYA.
dan mudah-mudahan Dia terus memberikan petunjuk kepada kita kepada jalan-NYA
yang diridhoi seperti para jalannya orang-orang yang istiqomah.
Tidak ada komentar
1. Berkomentarlah yang baik
2. Jangan memasukkan Link tanpa seizin admin