Syafaat Nabi SAW pada Yaumul Makhsyar
Semua
manusia, sejak Nabi Adam AS hingga yang terakhir mati pada hari kiamat,
dibangkitkan kembali dari kematiannya dengan tiupan sangkakala Malaikat
Israfil, yang setelah itu mereka tidak akan merasakan kematian lagi.
Setelah itu mereka semua digiring menuju padang
Makhsyar. Secara umum, mereka terbagi dalam tiga kelompok, yakni yang
berkendaraan, yang berjalan kaki, dan yang berjalan dengan wajahnya.
Umat
Nabi SAW sendiri terbagi dalam duabelas kelompok ketika dibangkitkan,
satu kelompok yang dibangkitkan dengan wajah bersinar seperti bulan
pertama, dan sebelas kelompok lainnya dibangkitkan sesuai dengan kadar
dosanya masing-masing. Ada
yang dibangkitkan tanpa tangan dan kaki padahal saat hidup di dunia
lengkap semua, ada yang wajahnya seperti babi, ada yang seperti keledai
dengan perut besar yang dipenuhi ular dan kalajengking, ada yang ususnya
terburai dengan mulut mengeluarkan darah dan api, ada yang baunya
seperti bangkai dan lain-lainnya lagi yang keadaannya sangat mengerikan.
Ketika tiba di padang
Makhsyar, mereka berdiri menunggu keputusan Allah, apakah akan ke surga
atau ke neraka? Saat itu matahari didekatkan sehingga keadaannya sangat
panas, dan hampir semua manusia dalam keadaan berkeringat, kecuali yang
berada di dalam lindungan Allah. Keringat itu ada yang menggenangi
sampai tumitnya, sampai betisnya, sampai lututnya, sampai pahanya,
sampai tulang rusuknya, sampai mulutnya, bahkan ada yang
menenggelamkannya, sesuai dengan amalannya masing-masing ketika di
dunia. Dan keringat itu seolah-olah mencambuki tubuh yang
mengeluarkannya. Beberapa orang ahli maksiat lainnya juga mengalami
siksaan sesuai dengan dosanya. Mereka berdiri menunggu dalam keadaan
seperti itu selama 40 tahun, di mana satu harinya setara dengan seribu
tahun dunia. Dalam ayat lain dijelaskan, satu hari saat itu setara
dengan 50.000 tahun dunia kita sekarang ini.
Ada
tujuh golongan yang mendapat perlindungan Allah, sehingga sama sekali
tidak merasakan panasnya matahari yang didekatkan dan tersiksa oleh
keringat seperti yang lainnya. Mereka itu adalah (1)
Imam/pemimpin/pemerintah yang adil. (2) Pemuda yang giat beribadah
kepada Allah. (3) Dua orang yang saling mencintai karena Allah, bertemu
dan berpisah karena Allah. (4) Pemuda yang diajak berzina oleh wanita
yang cantik dan kaya, tetapi ia menolaknya dan berkata, “Aku takut
kepada Allah, penguasa alam semesta.” (5) Seseorang yang selalu
berdzikir kepada Allah, sehingga mengalir air matanya karena takut
kepada Allah. (6) Seseorang yang bersedekah secara rahasia dengan tangan
kanannya, sehingga tangan kirinya itu tidak mengetahui. (7) Seorang
pemuda yang hatinya selalu ‘tergantung’ (condong) ke masjid.
Ketika
semua manusia dalam penantian dan penderitaan tak berujung tanpa
kepastian, kecuali tujuh golongan tersebut, salah seorang dari mereka
berkata, “Apakah tidak ada yang mengetahui, siapakah yang bisa
memintakan pertolongan (syafaat) untuk kita dari Tuhanmu?”
Salah seorang berkata, “Kamu harus datang kepada Nabi Adam…!!”
Maka
mereka berombongan menuju ke tempat Nabi Adam AS, dan berkata, “Wahai
Nabi Adam, engkau adalah bapaknya umat manusia, Allah menciptakan engkau
dengan kekuasaan-Nya, Dia yang meniupkan ruh kepada engkau, Dia
memerintahkan para malaikat bersujud kepada engkau dan mereka bersujud.
Maka mintakanlah syafaat untuk kami dari Tuhanmu!! Apakah engkau tidak
melihat bagaimana penderitaan kami ini??”
Nabi
Adam berkata, “Hari ini Tuhanku sangat marah dengan kemarahan yang
belum pernah ada. Dan setelah itu Dia akan pernah marah seperti ini
lagi. Dia telah melarang aku untuk mendekati pohon kayu itu, tetapi aku
telah mendurhakai-Nya dan mendurhakai diriku sendiri. Karena itu aku
malu untuk meminta tolong kepada-Nya!! Pergilah kalian kepada Nuh!!”
Masih
dengan ‘siksaan’ keringat yang berbeda-beda derajadnya, mereka
berombongan mendatangi tempat Nabi Nuh AS, dan berkata, “Wahai Nabi Nuh,
engkau adalah utusan Allah yang pertama untuk penduduk bumi ini, dan
Allah menyebut engkau sebagai hamba yang bersyukur. Karena itu
mintakanlah syafaat untuk kami dari Tuhanmu!! Apakah engkau tidak
melihat akibat dari dosa-dosa yang kami lakukan kepada-Nya??”
Nabi
Nuh berkata, “Pada hari ini Tuhanku telah marah dengan kemarahan yang
belum pernah seperti ini. Bagiku ada satu doa mustajabah, tetapi aku
telah menggunakannya untuk mendoakan kaumku. Nafsi, nafsi (urus saja
diri sendiri!!), pergilah kalian kepada orang selain aku, pergilah
kepada Ibrahim!!”
Mereka
bergerak berombongan menuju tempat Nabi Ibrahim AS, lalu berkata,
“Wahai Nabi Ibrahim, Engkau adalah Nabinya Allah sekaligus Kekasih-Nya
(Kholilullah) di antara penduduk bumi ini. Maka mintakanlah syafaat
kepada Tuhanmu, tidakkah engkau melihat (akibat) dosa-dosa yang telah
kami lakukan kepada-Nya ini??”
Nabi
Ibrahim berkata, “Hari ini Tuhanku marah dengan kemarahan, yang
sebelumnya Dia belum pernah marah seperti ini, dan setelah ini Dia tidak
akan marah seperti ini. Sungguh aku telah ‘bersalah’ kepada-Nya
sebanyak tiga kali. Pergilah kalian kepada selain aku, pergilah kepada
Musa!!”
Orang-orang
yang mengalami siksaan dan ketidakpastian itu berjalan lagi menuju
tempat Nabi Musa AS, dan berkata, “Wahai Musa, engkau adalah utusan
Allah, Allah memuliakan engkau dengan risalah dan kalimat-Nya atas
manusia. Maka mintakanlah syafaat untuk kami dari Tuhanmu!! Apakah
engkau tidak melihat (akibat) dosa-dosa yang kami lakukan kepada-Nya??”
Nabi
Musa berkata, “Hari ini Tuhanku marah dengan kemarahan, yang sebelumnya
Dia belum pernah marah seperti ini, dan setelah ini Dia tidak akan
marah seperti ini. Sesungguhnya aku telah membunuh satu jiwa, padahal
aku tidak diperintahkan membunuhnya. Pergilah kalian kepada selain aku,
pergilan kepada Isa!!”
Mereka
bergerak berombongan menuju tempat Nabi Isa AS dan berkata, “Wahai Isa,
engkau adalah utusan Allah dan Kalimat-Nya, Dia meletakkan Ruh-Nya
kepada Maryam, dan engkau dikehendaki-Nya bisa berbicara ketika masih
dalam ayunan. Maka tolonglah berikan syafaat untuk kami kepada Tuhanmu,
apakah engkau tidak melihat (akibat) dosa-dosa yang telah kami lakukan
kepada-Nya?”
Nabi
Isa berkata, “Hari ini Tuhanku marah dengan kemarahan, yang sebelumnya
Dia belum pernah marah seperti ini, dan setelah ini Dia tidak akan marah
seperti ini. Sesungguhnya Dia telah menyebutkan dosa-dosaku, nafsi,
nafsi…Pergilah kalian kepada selain aku, pergilah kalian kepada
Muhammad!!”
Sekali
lagi mereka bergerak berombongan menuju tempat Nabi Muhammad SAW, lalu
berkata kepada beliau, “Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan
panutup para nabi, dosa-dosa engkau telah diampuni, baik yang terdahulu
atau yang terkemudian. Tolong, berilah syafaat kepada kami atas Tuhan
engkau. Apakah engkau tidak melihat (akibat) dosa-dosa yang kami lakukan
kepada Dia??”
Tidak
seperti Nabi-nabi sebelumnya, Nabi SAW menyanggupinya dan bersabda,
“Aku mempunyai hak memberikan syafaat, yakni kepada orang-orang yang
dikehendaki Allah dan disenangi-Nya!!”
Ada
beberapa versi tentang pertemuan dan percakapan antara manusia dengan
para Nabi yang diminta untuk memberikan syafaat tersebut, tetapi intinya
adalah hanya Nabi SAW yang akhirnya ‘berani’ menghadap Allah untuk
meminta syafaat untuk manusia.
Sebenarnya
setiap nabi mempunyai satu doa mustajab, yang Allah pasti akan
mengabulkan jika ‘fasilitas’ doa itu digunakan. Tetapi hampir semua
nabi-nabi tersebut telah menggunakannya di dunia. Nabi Nuh menggunakan
untuk menenggelamkan kaumnya yang ingkar dalam air bah, Nabi Ibrahim
menggunakan untuk menyelamatkan dirinya dari api Namrudz, Nabi Musa
menggunakan untuk menenggelamkan Fir’aun dan pasukannya di Laut Merah,
dan begitu pula dengan nabi-nabi lainnya, kecuali Nabi Muhammad SAW.
Beliau pernah bersabda, “Setiap nabi memiliki doa (mustajab) yang selalu
diucapkan. (Tetapi) aku ingin menyimpan doaku sebagai syafaat bagi
umatku pada hari kiamat.” Atau dalam riwayat lainnya, “Setiap nabi
mempunyai doa yang digunakan untuk kebaikan umatnya. Sesungguhnya aku
menyimpan doaku sebagai syafaat bagi umatku pada hari kiamat!!”
Kemudian
Nabi SAW bergerak/berjalan menuju Arsy Allah. Beliau meminta ijin masuk
dan diijinkan. Hijab demi hijab dibukakan untuk beliau, dan Allah
mengajarkan (mengilhamkan) pujian-pujian yang belum pernah diucapkan
oleh mahluk manapun, termasuk para malaikat. Nabi SAW bersujud kepada
Allah, dan melazimi mengucapkan pujian-pujian tersebut. Setelah beberapa
waktu lamanya, Allah berfirman, “Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu!
Mintalah, maka pasti akan diberikan kepadamu!! Berilah syafaat, maka
syafaatmu itu akan dikabulkan!!”
Nabi
SAW bangkit dari sujudnya dan berkata, “Ya Allah, berilah keputusan di
antara hamba-hamba-Mu, sungguh telah terlalu lama mereka menunggu, dan
masing-masing telah jelas dosanya (dan kebaikannya) ketika di pelataran
Makhsyar…!!”
Allah
mengabulkan permintaan Nabi SAW. Siksaan berupa keringat dan matahari
yang didekatkan dihilangkan. Kemudian Allah memerintahkan agar
mendatangkan surga dengan segala macam keindahan dan kenikmatannya.
Setelah itu didatangkan pula neraka dengan segala macam siksa dan
kesengsaraan yang akan dialami penghuninya, dengan semua malaikat
penjaga dan penyiksanya. Ketika manusia yang berada di Makhsyar
mendengar gemuruh apinya, merasakan percikan hawa panasnya dan segala
macam hal yang memberatkan akibat kedatangan neraka tersebut, mereka
semua berlutut, tidak terkecuali para nabi dan rasul, termasuk yang
tadinya diminta wasilahnya. Para Nabi dan Rasul itu hanya bisa berkata,
“Ya Allah, pada hari ini kami tidak meminta yang lain lagi, nafsi,
nafsi!!”
Nabi
SAW sendiri ketika melihat pemandangan tersebut juga berseru, tetapi
berbeda dengan seruan para nabi dan rasul lainnya. Beliau bersabda,
“Umatku, umatku!! Ya Allah, selamatkanlah umatku, selamatkanlah
umatku!!”
Neraka
makin mendekat, apinya makin berkobar dan menjilat-jilat layaknya ingin
mencaplok para pendosa yang sedang berkumpul di Makhsyar. Tiba-tiba
Nabi SAW mendatangi neraka dan mengambil kendalinya dari tangan para
malaikat, beliau bersabda, “Kembalilah engkau, menyingkirlah jauh ke
belakang!! Biarkan mendatangi engkau, yang menjadi rombongan (penghuni)
engkau!!”
Neraka
itu berkata, “Biarkanlah aku menempuh jalan yang ditentukan untukku,
sesungguhnya engkau, Muhammad, adalah haram bagiku (menyentuhmu)…!!”
Tetapi terdengar seruan Allah kepada neraka dari balik Arsy, “Dengarlah apa yang dikatakan Muhammad, dan patuhilah dia!!”
Kemudian
neraka diseret menuju sisi kiri yang jauh dari Arsy sehingga
pengaruhnya jauh berkurang terhadap manusia yang sedang berkumpul di
Makhsyar. Inilah syafaat Rasulullah yang bersifat umum, di mana semua
manusia merasakan manfaatnya, baik yang beriman ataupun yang ingkar.
Allah
memerintahkan malaikat untuk membentangkan shirat, jembatan yang
melintang di atas neraka dan juga ditegakkan mizan, timbangan amal untuk
menghisab amal perbuatan manusia selama di dunia. Secara bersamaan,
saat itu beterbangan buku catatan amal menuju pemiliknya masing-masing. Ada
yang menerimanya dari arah kanan, yakni orang-orang yang beriman dan
bertakwa, orang-orang yang beriman tetapi durhaka dan bergelimang dosa
akan menerima dari arah kirinya, dan orang-orang musyrik dan ingkar akan
menerima dari arah belakang.
Para
Nabi dan Rasul akan dihadapkan kepada umatnya untuk
mempertanggung-jawabkan tugas risalahnya, dan akhirnya mereka akan masuk
surga. Tentunya yang pertama dan memimpin adalah Nabi Muhammad SAW, dan
yang terakhir adalah Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman karena harus
dilakukan hisab dahulu atas kerajaannya di dunia. Bagi para Nabi dan
Rasul itu telah disediakan mimbar-mimbar dari emas, dan mereka semua
telah duduk di atasnya. Tetapi mimbar yang terbesar, terbaik dan
terindah ternyata dalam keadaan kosong, mimbar itu adalah milik Nabi
SAW. Ternyata beliau memilih untuk berdiri menghadap Allah dan meminta
ijin memberi syafaat untuk umatnya, dan Allah mengabulkannya.
Saat
itulah muncul suatu seruan (nida’) yang ditujukan kepada umat Nabi SAW
yang sedang berkumpul di Makhsyar, “Dimanakah orang-orang yang memiliki
keutamaan??”
Sekelompok
orang dari umat beliau berjalan cepat menuju ke surga, dan para
malaikat menyambutnya dan berkata, “Sesungguhnya kami melihat kalian
berjalan cepat ke surga, sedangkan kalian belum dihisab, siapakah kalian
ini??”
“Kami adalah orang-orang yang mempunyai keutamaan!!” Kata mereka.
Tentunya pengetahuan mereka akan keutamaan tersebut didasarkan dari catatan buku amal yang telah mereka terima sebelumnya. Para malaikat itu bertanya, “Apakah keutamaan kalian?”
Mereka
berkata, “Ketika kami didzalimi (dianiaya) kami bersabar, dan ketika
dijahati kami memaafkan orang yang berbuat jahat tersebut!!”
Para malaikat berkata, “Masuklah kalian ke dalam surga, dia adalah sebaik-baiknya pahala bagi orang yang beramal!!”
Setelah mereka masuk semua ke surga, terdengar seruan (nida’) lainnya, “Di manakah orang-orang yang ahlu sabar?”
Sekelompok
orang dari umat beliau berjalan cepat menuju ke surga, dan para
malaikat menyambutnya dan berkata, “Sesungguhnya kami melihat kalian
berjalan cepat ke surga, sedangkan kalian belum dihisab, siapakah kalian
ini??”
“Kami adalah orang-orang ahlu sabar!!” Kata mereka.
“Terhadap apakah kalian bersabar??” Tanya para malaikat.
Mereka
berkata, “Kami bersabar dalam berbuat taat kepada Allah, kami juga
bersabar dari berbuat maksiat kepada Allah, dan kami juga bersabar dalam
menerima cobaan Allah!!”
Para malaikat berkata, “Masuklah kalian ke dalam surga!!”
Terdengar lagi satu seruan (nida’), “Di manakah orang-orang yang saling mengasihi karena Allah??”
Sekelompok
orang lainnya dari umat Nabi SAW berjalan cepat menuju ke surga, dan
para malaikat menyambutnya dan berkata, “Sesungguhnya kami melihat
kalian berjalan cepat ke surga, sedangkan kalian belum dihisab, siapakah
kalian ini??”
“Kami adalah orang-orang yang saling mengasihi karena Allah, saling memberi karena Allah dan saling berjanji karena Allah!!”
Para malaikat itu berkata, “Masuklah kalian ke dalam surga!!”
Nabi
SAW sangat gembira dengan adanya mereka yang masuk surga tanpa hisab
tersebut. Namun demikian beliau masih belum mau masuk kembali ke surga,
beliau berdiri mengawasi umat beliau yang telah selesai dihisab dan
melalui shirat. Mulut beliau tidak pernah lepas dari doa, “Allaahumma
sallim sallim!!” Artinya adalah : Ya Allah, selamatkanlah umatku,
selamatkanlah umatku!!
Umat
Nabi SAW melewati shirat dengan bermacam-macam cara, ada yang secepat
kilat menyambar, bagai angin yang kencang, bagai burung yang terbang,
bagai kuda yang berlari, bagai orang yang berlari, orang yang berjalan,
ada yang cepat ada yang pelan-pelan, bahkan ada yang merangkak dan
merayap. Ada
yang memerlukan waktu sekejab, harian, bulanan dan ada yang memerlukan
hingga puluhan, ratusan, ribuan atau bahkan puluhan ribu tahun untuk
bisa selamat sampai di seberang, dan akhirnya masuk surga.
Saat
itu waktu menjadi sangat relatif, walau begitu lamanya terasa bagi
mereka yang menyeberang shirat, tetapi tidak terasa bagi Nabi SAW,
bahkan kegembiraan beliau selalu bertambah ketika ada umat beliau
selamat sampai di ujung perjalanan, walau keadaan tubuhnya ada yang
tersambar api neraka hingga hangus. Begitu dimandikan di Nahrul Haya’
(sungai kehidupan), mereka kembali seperti semula, bahkan lebih sempurna
penampilan fisiknya, dan akhirnya masuk surga.
Nabi
SAW memang bisa mengenali umat beliau di antara begitu banyak umat yang
berada di Makhsyar dan yang sedang menyeberang shirat. Ketika itu
beliau melihat beberapa kelompok umat beliau yang tertahan di shirat,
padahal begitu banyak yang telah sampai dan masuk surga. Maka beliau
berkata kepada Jibril, “Wahai Jibril, mengapa ada umatku yang masih
tertahan di shirat??”
Jibril
diam, tidak segera menjawab, mungkin tidak bisa menjawab, atau tidak
tega untuk menjawab, karena jawabannya pasti akan membuat Nabi SAW
bersedih. Mereka yang tertahan itu memang umat Nabi SAW, yang tidak bisa
tidak harus masuk neraka untuk menebus dan membersihkan dosa dan
kesalahan mereka. Kemudian Allah berfirman (mengilhamkan) kepada Jibril
tanpa diketahui Nabi SAW, “Singkirkanlah mereka ke lembah antara surga
dan neraka, hingga Muhammad masuk surga!!”
Maka
satu persatu mereka disingkirkan dari shirat dan dikumpulkan di suatu
lembah di sisi neraka, yang tidak terlihat Nabi SAW. Ketika beliau tidak
lagi mengenali dan melihat umat beliau di makhsyar atau di shirat,
beliau beranggapan mereka telah masuk semua ke surga maka beliau juga
masuk surga. Setelah itu Allah berfirman kepada Zabaniah, “Serahkanlah
mereka (umat Nabi SAW) kepada Malik!!”
Ketika
Malaikat Malik melihat mereka, ia cukup keheranan karena keadaannya
tidak dibelenggu, wajahnya tidak hitam legam, tetap berjalan dan
bertumpu dengan kaki mereka, berbeda sekali dengan penghuni neraka
sebelumnya. Ia bertanya, “Umat siapakah kalian ini??”
“Jangan
menanyakan itu, wahai Malik, kami malu bercerita kepadamu, tetapi kami
ahli Qur’an, berpuasa di bulan Ramadhan, berhaji, berjihad, menunaikan
zakat, menyantuni anak yatim, mandi saat jibanat dan shalat lima
waktu!!”
“Celaka
sekali, bukankah seharusnya Al Qur’an itu mencegah kalian berbuat
maksiat kepada Allah, rasanya tidak mungkin ini terjadi!!“ Kata Malaikat
Malik.
“Wahai Malik, janganlah menghina kami, saat ini kami telah selamat dari hinaan Allah!!”
Lalu terdengar suatu seruan, “Hai Malik, masukkanlah mereka ke pintu yang tertinggi dari neraka!!”
Malaikat
Malik berpaling bersiap melaksanakan perintah tersebut, tetapi mereka
berkata, “Berilah kesempatan kepada kami untuk menyesali diri!!”
“Tidak ada waktu untuk itu!!” Kata Malik.
Tetapi kemudian terdengar seruan, “Hai Malik, biarkanlah mereka menangisi dirinya!!”
Mereka
berkelompok-kelompok kemudian menangis menyesali diri dan perbuatan
maksiat mereka waktu di dunia. Kemudian Malaikat Malik menggiring mereka
hingga di tepi jurang neraka, seribu malaikat Zabaniyah yang tidak
punya rasa kasihan langsung menangkap dan melemparkannya ke pintu neraka
yang tertinggi (yang terdangkal). Api yang berkobar menyambut dan
melalap tubuh-tubuh tanpa daya tersebut. Ketika api neraka akan membakar
habis hati dan wajahnya, terdengar seruan, “Tahanlah, taruhlah saja api
itu di dada dan wajahnya. Mereka memang mengingkari ikrar mereka,
tetapi mereka mengenal Aku lewat hati mereka, mereka juga pernah
bersujud kepada-Ku dengan wajah-wajah mereka!!”
Mendengar
seruan seperti itu, salah salah seorang dari mereka juga berseru,
“Wahai Rasulullah, wahai Abul Qasim, Wahai Muhammad yang selalu berbuat
baik kepada janda dan anak yatim, wahai orang yang paling mulia pada
hari kiamat, wahai pemuka seluruh umat, wahai pembuka pintu surga, wahai
penutup pintu neraka bagi umatmu yang lemah, yang tidak tahan panas api
neraka, siramilah kami dengan syafaatmu agar kami masuk surga!!”
Kemudian
seorang lagi berseru keras, sambil meletakkan tangannya di telinganya
seperti seorang muadzin, “Kami adalah umat Muhammad!!”
Berturut-turut
akhirnya mereka semua berseru mengakui sebagai umat Nabi Muhammad SAW.
Sebelumnya mungkin mereka malu mengaku sebagai umat beliau karena
gelimang dosa dan maksiat yang dilakukannya, tetapi ketika merasakan
pedihnya siksaan, dan juga adanya seruan (Allah), yang walau sedikit,
mengakui keimanan mereka, mereka akhirnya mengakui dan menyadari kalau
hal itu adalah satu-satunya jalan keselamatan di saat seperti itu.
Malaikat
Malik ikut terhanyut dengan seruan mereka itu dan memohon ijin Allah
untuk menemui Nabi SAW di surga, dan Allah mengijinkannya. Ketika berada
di hadapan Nabi SAW, Malaikat Malik berkata, “Wahai Muhammad, engkau
bersenang-senang di surga sementara umatmu yang lemah membutuhkan
bantuanmu. Mereka benar-benar lemah dan sangat menderita di neraka,
bantulah mereka!!”
Beliau
tersentak kaget, dan segera berangkat ke neraka bersama Malaikat Malik.
Di tepi jurang neraka, beliau mendengar tangisan dan jeritan pilu
mereka yang memanggil nama beliau. Nabi SAW tidak tahan mendengarnya dan
ikut menangis, kemudian berkata, “Wahai Malik, keluarkanlah umatku dari
neraka!!”
Malaikat Malik berkata, “Aku tidak berani mengeluarkan mereka tanpa perintah Allah!!”
Nabi
SAW bergerak/berjalan menuju Arsy, dan ketika tiba di hadirat Allah,
beliau bersujud sangat lama. Ketika bangkit dari sujud, beliau berkata,
“Wahai Allah, seperti inikah yang Engkau janjikan untuk tidak menyiksa
umatku di neraka??”
Allah
berfirman, “Wahai Muhammad, mereka telah melupakan dirimu, meninggalkan
syariatmu ketika di dunia, karena itu Aku juga melupakan syafaat yang
bisa engkau berikan kepada mereka. Tetapi sekarang telah cukup, berilah
syafaat kepada mereka!!”
Nabi
SAW kembali menemui Malaikat Malik dan menyatakan memberi syafaat
kepada umat beliau tersebut, dan Allah memerintahkan Malaikat Malik
mengeluarkan mereka dari neraka, sehingga hanya orang-orang kafir yang
tertinggal di neraka. Orang-orang kafir itu berkata, “Andaikata kita
dahulu seorang muslim, tentulah kita akan dikeluarkan dari neraka,
sebagaimana mereka dikeluarkan!!”
lanjut sob
BalasHapusSubhanallah, semoga kita menjadi beberapa diantara umatnya yang di ijinkan oleh Allah untuk merasakan syurga-Nya.
BalasHapusAllahumma shalli 'ala muhammad....
BalasHapus