Korut Nekat Siapkan Serangan Nuklir, Rusia Ikut Cemas
MOSKOW - Rusia ikut cemas dengan kenekatan rezim Korea Utara (Korut) yang menyiapkan serangan nuklir terhadap musuh-musuhnya.
Meski Rusia tidak masuk daftar musuh yang diancam Korut, namun Moskow ikut menyetujui penjatuhan sanksi keras Dewan Keamanan (DK) PBB terhadap Pyongyang.
Kecemasan Rusia terhadap kenekatan Korut itu disampaikan juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov dalam teleconference dengan wartawan pada hari Jumat.
”Hal ini menimbulkan kekhawatiran cukup serius,” kata Peskov. ”Kami berharap bahwa semua negara di wilayah ini akan menahan diri dan bersikap seimbang,” katanya lagi.
Kantor berita Korut, KCNA, kemarin merilis perintah pemimpin muda Korut, Kim Jong-un, untuk menyiagakan semua senjata nuklir agar bisa menyerang musuh setiap saat.
“Korea Utara harus menunjang gaya nuklirnya baik dalam kualitas dan kuantitas, dan menekankan perlunya untuk mengerahkan hulu ledak nuklir selalu siaga guna pertahanan nasional sehingga bisa ditembakkan setiap saat,” tulis KCNA mengutip perintah Kim Jong-un.
”Sekarang adalah waktunya bagi militer kita untuk mengkonversi ancaman serangan pre-emptive militer musuh,” lanjut perintah Kim Jong-un.
Rezim Kim Jong-un sendiri acuh tak acuh terhadap sanksi keras DK PBB atas uji coba keempat senjata nuklir pada awal Januari 2016 lalu. Korut justru semakin nekat dengan menembakkan sekitar enam rudal jarak pendek ke Laut Timur atau Laut Jepang beberapa jam setelah sanksi dijatuhkan.
Tak hanya itu, Pemerintah Korut juga menegaskan bahwa program senjata nuklir akan jalan terus meski terkena sanksi DK PBB.
Sementara itu, Gedung Putih menyatakan masih terlalu dini untuk mengevaluasi dampak sanksi internasional terhadap Korut. Namun, Washington mengaku pernah meminta beberapa negara untuk mengubah pendekatan mereka terhadap Pyongyang karena sanksi dianggap angin lalu oleh Korut.
”Harapan kami adalah bahwa (sanksi) ini tidak akan menghasilkan perubahan dalam semalam, tapi seiring waktu kita telah melihat ada peningkatan isolasi, dan beberapa negara agar bisa mengevaluasi kembali strategi mereka,” kata juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, seperti dikutip Reuters, Sabtu (5/3/2016).
Meski Rusia tidak masuk daftar musuh yang diancam Korut, namun Moskow ikut menyetujui penjatuhan sanksi keras Dewan Keamanan (DK) PBB terhadap Pyongyang.
Kecemasan Rusia terhadap kenekatan Korut itu disampaikan juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov dalam teleconference dengan wartawan pada hari Jumat.
”Hal ini menimbulkan kekhawatiran cukup serius,” kata Peskov. ”Kami berharap bahwa semua negara di wilayah ini akan menahan diri dan bersikap seimbang,” katanya lagi.
Kantor berita Korut, KCNA, kemarin merilis perintah pemimpin muda Korut, Kim Jong-un, untuk menyiagakan semua senjata nuklir agar bisa menyerang musuh setiap saat.
“Korea Utara harus menunjang gaya nuklirnya baik dalam kualitas dan kuantitas, dan menekankan perlunya untuk mengerahkan hulu ledak nuklir selalu siaga guna pertahanan nasional sehingga bisa ditembakkan setiap saat,” tulis KCNA mengutip perintah Kim Jong-un.
”Sekarang adalah waktunya bagi militer kita untuk mengkonversi ancaman serangan pre-emptive militer musuh,” lanjut perintah Kim Jong-un.
Rezim Kim Jong-un sendiri acuh tak acuh terhadap sanksi keras DK PBB atas uji coba keempat senjata nuklir pada awal Januari 2016 lalu. Korut justru semakin nekat dengan menembakkan sekitar enam rudal jarak pendek ke Laut Timur atau Laut Jepang beberapa jam setelah sanksi dijatuhkan.
Tak hanya itu, Pemerintah Korut juga menegaskan bahwa program senjata nuklir akan jalan terus meski terkena sanksi DK PBB.
Sementara itu, Gedung Putih menyatakan masih terlalu dini untuk mengevaluasi dampak sanksi internasional terhadap Korut. Namun, Washington mengaku pernah meminta beberapa negara untuk mengubah pendekatan mereka terhadap Pyongyang karena sanksi dianggap angin lalu oleh Korut.
”Harapan kami adalah bahwa (sanksi) ini tidak akan menghasilkan perubahan dalam semalam, tapi seiring waktu kita telah melihat ada peningkatan isolasi, dan beberapa negara agar bisa mengevaluasi kembali strategi mereka,” kata juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, seperti dikutip Reuters, Sabtu (5/3/2016).
Tidak ada komentar
1. Berkomentarlah yang baik
2. Jangan memasukkan Link tanpa seizin admin